Label

Rabu, 01 Desember 2010

W bancrofti Vs Kaki Gajah

A.Pendahuluan
Dokter-dokter di zaman Hindu dan Persia kuno (600 SM) adalah yang pertama kali mencatat elefantiasis , yang mungkin disebabkan oleh W. Bancrofti. Demarquay menemukan mikrofilaria dalam cairan hidrokel pada tahun 1863 . Pada sekitar tahun 1900 seluruh siklus hidup dari W.bancrofti dapat diuraikan; meskipun demikian, penemuan Patrick Mansonlah yang pertama kali memaparkan bahwa artropoda merupakan vektor untuk penyakit parasit .
Infeksi W.bancrofti tersebar luas di daerah tropik dan subtropik di seluruh dunia termasuk Indonesia.W.bancrofti merupakan parasit manusia dan menyebabkan filariasis bankrofti atau wukereriasis bankrofti. Pada suatu waktu terjadi fokus endemik di daerah Charleston, South Carolina, yang diperkirakan ada hubungannya dengan perdagangan budak .
B. Daur Hidup dan Morfologi
Diperlukan manusia dan nyamuk untuk melengkapi siklus hidup W.bancrofti. Cacing dewasanya kecil, seperti benang, mempunyai kutikula halus, dan ditemukan dalam kelenjar dan saluran limfe. Cacing jantan panjangnya kira-kira 40 mm, dan diameternya 0,1 mm. Cacing betina panjangnya 80 sampai 100 mm dan diameternya 0,24 sampai 30 mm. Cacing betina ini mengeluarkan mikrofilaria yang bersarung dengan ukuran 250 sampai 300 µ x 7 sampai 8 µ.
Pada banyak daerah di dunia di mana filariasis bersifat endemik, mikrofilaria W.bancrofti termasuk dalam tipe periordik. Konsentrasi tertinggi mikrofilaria dalam peredaran darahyaitu pada malam hari umumnya di antara jam 10 malam sampai jam 2 sampai 4 pagi, dan sedikit atau tidak ada pada waktu siang hari. Bentuk filariasis subperiodik ditemukan di daerah Pasifik, di mana manusia menunjukkan mikrofilaria sepanjang waktu, tetapi jumlah terbanyak ditemukan di antara siang hari dan jam 8 malam.
Di daerah perkotaan, parasit ini ditularkan oleh nyamuk Culex quinquefasciatus. Di pedesaan, vektornya berupa nyamuk Anopheles atau nyamuk Aedes. Biasanya parasit ini tidak ditularkan oleh nyamuk Mansonia. Nyamuk mendapatkan infeksi dengan menelan mikrofilaria dalam darah yang diisapnya. Mikrofilaria akan melepaskan sarungnya di dalam lambung nyamuk. Larva akan bermigrasi ke otot-otot toraks dan berkembang menjadi larva infektif (filiform) dalam jangka waktu 6 sampai 14 hari. Larva bermigrasi ke labela nyamuk dan masuk ke dalam kulit hospes definitif melalui luka tusukan ketika sedang menghisap darah.
Larva infektif masuk ke limfatik perifer dan bermigrasi ke saluran limfe distal kemudian ke kelenjar limfe, di mana mereka akan tumbuh menjadi bentuk dewasa batina dan jantan. Mikrofilaria akan dilepaskan oleh cacing betina yang gravid dan dapat dideteksi di sirkulasi perifer dalam 8 sampai 12 bulan setelah infeksi. Filariasis tanpa mikrofilaremia merupakan keadaan yang tidak umum.
C. Patologi dan Gejala Klinis
Gejala klinik yang berhubungan dengan infeksi W.bancrofti bervariasi dari yang tidak menunjukkan gejala-gejala sampai pasien dengan manifestasi klinik yang berat seperti elefantiasis dan hidrokel . Manifestasi klinik dari infeksi bervariasi dan dapat tergantung dari faktor hospes dan strain parasit. Beberapa pasien dapat mengandung cacing dewasa tanpa mikrofilaremia perifer, atau mikrofilariremia demikian rendahnya sehingga tidak dapat dideteksidengan prosedur laboratorium yang biasa . Pasien lain dapat mengandungmikrofilaremia berat tetapisecara klinik asimtomatik. Untuk berkembangnya tanda-tanda dan gejala, dibutuhkan pemaparan yang lamadengan nyamuk yang terinfeksi, dan meskipun demikian respons hospes bervariasi (Wartawan, 1947: Partono dkk, 1978).
Manifestasi dini dari filariasis seringkali berupa demam tinggi (demam filarial atau elefantoid), limfangitis, dan limfadengitis. Demam filarial dimulai dengan demam tinggi dan menggigil 1 sampai 5 hari sebelum secara spontan berkurang. Pada banyak kasus, pasien dengan demam filarial tidak menunjukkan mikrofilaremia. Limfangitis akan meluas ke arah distal dari kelenjar yang terkena sering di ekstrimitas bawah daripada atas. Selain pada tungkai, dapat mengenai alat kelamin (merupakan gambaran khas dari W.bancrofti) dan buah dada. Kelenjar limfe, keras, nyeri, dan cenderung tetap membesar. Pada pembuluh limfe terjadi indurasi dan peradangan. Kulit yang di atasnya tegang, berwarna kemerahan, hangat, dan daerah yang mengelilinginya membengkak. Kadang-kadang dapat terbentuk abses pada kelenjar limfe atau sepanjang saluran limfe. Penyembuhan abses berlangsung 2 sampai 3 bulan.
Gejala peradangan hilang timbul beberapa kali dalam setahun dan berlangsung beberapa hari sampai satu dua minggu lamanya. Yang paling sering ditemui adalahperadangan pada sistem limfatik alat kelamin pria, menimbulkan funikulitis, epidimitisdan orkitis. Saluran sperma yang meradang, membengkak , menyerupai tali dan sangat nyeri pada perabaan. Kadang-kadang saluran sperma yang meradang ini menyerupai hernia inkarserata. Pada stadium menahun gejala klinik yang paling sering dijumpai adalah hidrokel. Kadang-kadang dijumpai gejala limfedema dan elefantiasis yang dapat mengenai seluruh tungkai, seluruh lengan, buah zakar, payudara dan vulva. Kadang-kadang dapat pula terjadi kiluria .
D. Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan gejala klinik dan dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium:
1. Diagnosis parasitologi
1.1 Deteksi parasit yaitu menemukan mikrofilaria di dalam darah, cairan hidrokel atau cairan kiluria pada pemeriksaansediaan darah. Darah sebaiknya diambil pada saat malam hari.
1.2 Diferensiasi spesies dan stadium filaria, yaitu dengan menggunakan pelacak DNA yang spesies spesifik dan antibodi monoklonal untuk mengidentifikasi larva filaria dalam cairan tubuh dan dalam tubuh nyamuk vektor sehingga dapat membedakan antara larva filaria yang menginfeksi manusia dengan yang menginfeksi hewan. Penggunaannya masih terbatas pada penelitian dan survei.
2. Radiodiagnosis
2.1 Pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada skrotum dan kelenjar getah bening inguinal pasien akan memberikan gambaran cacing yang bergerak-gerak (filarial dance sign). Ini berguna terutama untuk evaluasi hasil pengobatan.
2.2 Pemeriksaan limfosingitigrafi dengan menggunakan dekstran atau albumin yang ditandai dengan zat radoaktif menunjukkan adanya abnormalitas sistem limfatik sekalipun pada penderita yang asimptomatik mikrofilaremia.
3. Diagnosis imunologi
Dengan teknik ELISA dan immunochromatographic test (ICT). Kedua teknik ini pada dasarnya menggunakan antibodi monoklonal yang spesifik untuk mendeteksi antigen W.bancrofti dalam sirkulasi. Hasil tes yang positif menunjukkan adanya infeksi aktif walaupun mikrofilaria tidak ditemukan dalam darah. Pada stadium obstruktif, mikrofilaria sering tidak ditemukan lagi di dalam darah. Kadang-kadang mikrofilaria tidak dijumpai di dalam darah, tetapi ada di dalam cairan hidrokel atau cairan kiluria.
E. Pengobatan
Dietilkarbamasin, suatu derivat piperazin, secara in vivo merupakan obat mikrosidal yang sangat baik. In vitro, DEC (Hetrazan) tidak mempunyai aktivitas
Mikrosidal, dan efeknya terhadap cacing dewasa sangat lamban. Dietilkarbamasin dapat diberikan secara oral dan secara cepat akan membersihkan mikrofilaria, yang sedang beredar. Dalam pengobatan, dapat terjadi reaksi alergi berupa demam, urtikaria, dan limfangitis. Reaksi ini dapat dikontrol dengan antihistamin atau dengan memberikan dosis DEC rendah pada permulaannya dan perlahan-lahan ditingkatkan dosisnya. Reaksi non spesifik yang merugikan pada pengobatandengan DEC termasuk sakit kepala, nausa, muntah, kelemahan umum, dan vertigo.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, telah dilakukan berbagai macam cara pengobatan dengan DEC. Di daerah endemik, pemberian dosis rendah untuk jangka waktu lama telah berhasil dengan baik menurunkan penularan dan sekuele patologis (Partono dkk, 1981).
Tindakan bedah untuk membuang jaringan elefantoid berhasil memuaskan pada elefantiasis skrotal tetapi tidak untuk yang di ekstremitas. Penggunaan ikatan penekanan elastis dapat membantu mengurangi industri tetapi fibrosis yang mendasarinya tidak terpengaruh.
F. Epidemiologi dan Pencegahan
Infeksi W.bancrofti tersebar luas di daerah tropis dan subtropis di Afrika, Asia, Amerika Tengah dan Selatan, dan Pulau-pulau Pasifik.
Nyamuk Anopheles dan Chulex merupakan vektor yang menggigit pada malam hari untuk tipe W. Bancrofti periodik nokturnal, sedangkan strain yang supbperiodik ditularkan olehAedes yang menggigit pada siang hari. Di daerah endemik, pemaparan dimulai pada masa anak-anak berusia muda, di mna angka mikrofilaria meningkat bersama dengan meningkatnya umur, meskipun infeksi tidak disertai kelainan klinik yang nyata (Beye dkk, 1952; Wegesa dkk, 1979).


------------------------------------------------------------------------------------

Keen dkk, Tropical Medicine and Parasitology Classic Investigation, (Cornell Univercity Press,1978) h.274-412
Keen dkk, Tropical Medicine and Parasitology Classic Investigation, (Cornell Univercity Press,1978) h. 444-457
E Chernin, The disappearance of bancroftian filariasis from Charleston, South Carolina, (Am J Trop Med Hyg 37, 1987) h. 111-114
F Partono: The spectrum of disease in lymphatic filasiasis, in Evered D, Clark S (ed), Filariasis, (New York, John Wiley and Sons, 1978)
PC Beaver, Filariasis without Mikrofilaremia, (Am J Trop Med Hyg 19, 1970) h. 181-189
Srisasi Gandahusada dkk, Parasitologi Kedokteran edisi ketiga, (Jakarta: Gaya Baru, 1995)

Selasa, 02 November 2010

PUBLIC HEALTH --> "Kesehatan Masyarakat"

Kesehatan adalah suatu ilmu dan seni dalam pencegahan penyakit, memperpanjang hidup, dan mempromosikan kesehatan fisik dan mental, meningkatkan kesehatan, melalui “Usaha-usaha PengorganisasianMasyarakat” untuk:
a. Perbaikan sanitasi lingkungan
b. Pemberantasan penyakit-penyakit menular.
c. Pendidikan untuk kebersihan perorangan.
d. Pengorganisasian dan pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan.
e. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup layak dalam memelihara kesehatannya.
Kewajiban pokok dari ahli kesehatan masyarakat terhadap penyebab, dan bertanggung kawab kepada kesehatan populasi masyarakat:
• Mencegah terjadinya wabah dan penyebaran penyakit.
• Melindungi dan melindungi bahaya lingkungan.
• Mencegah terjadinya luka
• Promosi dan menganjurkan perilaku yang sehat dan mental yang sehat.
• Merespon adanya bahaya dan bantuan untuk mencapai kesembuhan.
• Menjamin kualitas dan hal yang mudah dicapai dalam pelayanan kesehatan
Praktik dalam kesehatan masyarakat sendiri yaitu:
Mengawasi status kesehatan untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah.
Mendiagnosa dan menyelidiki masalah kesehatan dan bahaya kesehatan dalam suatu komunitas.
Menginformasikan, mendidik dan memberi kuasa masyarakat tentang isu-isu kesehatan.
Mengembangkan kebijaksanaan dan pertumbuhan yang mendukung individual dan usaha kesehatan masyarakat.
Menjalankan hukum dan peraturan yang melindungi kesehatan dan menjamin (memastikan) keamanan.
Menghubungi orang-orang yang membutuhkan pelayanan personal kesehatan dan menjamin ketetapan perawatan kesehatan ketika yang lain tidak tersedia.
Mengevaluasi keefektifan, kemungkinan dapat diakses dan kualitas personal dan populasi yang didasarkan pada pelayanan kesehatan.
Mencari wawasan dan inofatif dalam mencari solusi bagi masalah kesehatan.
Pengorganisasian kesehatan masyarakat berperan penting dalam pencapaian tujuan-tujuan kesehatan masyarakat itu sendiri, yang pada hakikatnya menghimpun potensi masyarakat atau sumber daya (recsource) yang ada di dalam masyarakat itu sendiri. Menumbuhkan partisipasi dan kesadaran masyarakat tidaklah mudah, memerlukan pengertian, kesadaran dan penghayatan masyarakat terhadap masalah kesehatan mereka sendiri, serta upaya-upaya pemecahannya. Untuk itu diperlukan pendidikan kesehatan masyarakat melalui pengorganisasian dan pengembangan masyarakat.

Jumat, 29 Oktober 2010

Dimensia, pada lansia, faktor yang mempengaruhi dan sosial budaya yang ada di dalamnya

Pengertian  
Dimensia adalah gangguan fungsi kognitif menyeluruh dari otak. Hal ini ditandai gangguan fungsi memori atau daya ingat.
     Awalnya memori jangka pendek yang terganggu disusul jangka menengah dan panjang, tergantung tingkat keparahannya. Kondisi ini disertai satu atau lebih gangguan fungsi kognitif lain di antaranya kemampuan berbahasa, orientasi, eksekutif atau kemampuan bertindak secara berencana dan mengambil keputusan, berhitung dan pengenalan benda.
            Gangguan fungsi kognitif ini bisa disebabkan alzheimer yang dikenal sebagai demensia alzheimer. Penyebab lain adalah, gangguan pembuluh darah darah otak yang dikenal sebagai demensia vaskular di antaranya stroke, sumbatan kecil pada pembuluh darah otak yang meluas sehingga banyak sel-sel otak yang mati. Kemunduran fungsi kognitif ini bersifat menetap[1].
Kemunduran fungsi kognitif pada alzheimer umumnya kronik dan progresif. Jadi, prosesnya perlahan dan bertahap. Adapun penurunan fungsi kognitif pada demensia vaskular tergantung pada jenis gangguannya, bisa akut bila terjadi gangguan pembuluh darah secara mendadak, dan akan menurun lagi bila serangan itu berulang.
Ada beberapa faktor risiko terjadinya demensia yaitu genetik, pola hidup tidak sehat di antaranya kebiasaan merokok, hipertensi, kadar gula darah berlebih, dan depresi yang berlangsung terus-menerus atau berulang. Infeksi HIV dan defisiensi vitamin B juga meningkatkan risiko terkena demensia.
Prevalensi demensia adalah, 3 persen dari populasi penduduk usia 60 tahun ke atas, makin tua angka kejadiannya akan terus meningkat.  
Namun, demensia juga bisa dialami mereka yang berusia di atas 40 tahun atau disebut demensia onset dini. Hal ini bisa terjadi pada seseorang yang ada riwayat keluarga terserang demensia alzheimer atau faktor genetik, dan juga menderita gangguan pembuluh darah, apalagi bila ditambah dengan adanya depresi berkepanjangan.  
Gejala awal demensia adalah, kemunduran fungsi kognitif ringan di antaranya kemampuan mempelajari hal baru mundur sekali, ingatan terhadap peristiwa jangka pendek menurun, kesulitan menemukan kata-kata yang tepat. Pada tahap lanjut, gejalanya antara lain sulit mengenali benda, tidak bisa bertindak secara berencana, sukar mengenakan pakaian, dan sulit memperkirakan jarak. Saat mengemudi, penderita demensia sulit menjaga jarak dan mengkoordinasi anggota tubuh.
  • Faktor-fakor yang perlu diperhatikan dalam memberikan perhatian dan perawatan kepada lansia yang dimensia antara lain:
Ø  Intervensi lingkungan
Ø  Perilaku
Ø  Keluarga (rasa kekeluargaan, kasih sayang)
Ø  Sosial (memberikan perhatian lebih) budaya dalam pendekatannya.
Ø  Lingkungan yang terapeutik
Ø  Tidak mengasingkannya (lansia dimensia)
  • Bentuk sosial budaya yang biasa dilakukan dalam penanganan lansia. 
Perlu diketahui sebelumnya bahwa lansia yang mengalami dimensia adalah sangat membutuhkan ekstra perhatian. Para lansia  pada saat tertentu menjadi sangat sensitif terhadap perilaku seseorang, emosional, merasa selalu benar dan orang lain salah. Kadang muncul pula perubahan proses berpikir (waham curiga); perilaku kekerasan; risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan;gangguan komunikasi; defisit perawatan diri; kehilangan motivasi dan minat; isolasi sosial (menarik diri); perubahan sensori perseptual, halusinasi; cemas; serta depresi.
Merawat penderita demensia alzheimer tidak mudah, tapi bisa dilakukan.[2]  Pemahaman yang cukup tentang demensia alzheimer, kesiapan mental, dan motivasi untuk berbagi merupakan modal utama dalam memberikan asuhan. Kasih sayang dan perhatian merupakan pintu masuk untuk memberikan asuhan yang utuh dan menyeluruh sehingga penderita demensia alzheimer merasa aman dan nyaman.
Beberapa kasus yang terjadi di daerah Afrika-Amerika,para lansia sampai tidak mengenal cucunya lagi, itu bukan salahnya, itu salah cucunya. Mereka tidak datang pada nenek/ kakek mereka kecuali saat mereka membutuhkan sesuatu. Mereka tidak mau melihat keadaan nenek/ kakek mereka, karena bagi mereka, adalah sesuatu yang menyakitkan jika mereka melihat keadaan nenek/ kakek mereka dalam keadaan yang menyedihkan. Mereka merasa enggan. Padahal sebenarnya, kedatangan dan kepedulian mereka akan menenangkan perasaan nenek/ kakek mereka yang sering merasa tidak diperhatikan[3]
Keluarga yang tidak mempunyai kepedulian terhadap para lansia tersebut semakin memperparah keadaannya. Semakin tidak mengenal dirinya, dan melupakan orang-orang disekitarnya.
Tindakan keperawatan pada pasien demensia alzheimer sebaiknya dilakukan dengan membina hubungan saling percaya, menciptakan lingkungan yang terapeutik (tenang, tidak bising, sejuk, aman, warna dinding kamar teduh), reorientasi WTO (waktu, tempat, orang), memberi perhatian cukup termasuk kebutuhan dasar, konsisten, menepati janji, empati dan jujur, melakukan kontak dengan pasien dengan singkat tapi sering. Inilah pendekatan sosial-budaya yang dapat kita lakukan.
Contoh peristiwa yang pernah saya alami adalah tentang nenek saya sendiri. Sejak beliau tidak dapat melakukan segala sesuatu secara sempurna lagi, anak-anak beliau berencana agar nenek ( kakek telah meninggal) tinggal dengan salah satu anaknya, dan tempatnya terserah pada kemauan nenek. Akhirnya pilihan nenek jatuh pada ayah, anak ke-4 dari lima bersaudara.
Selama di rumah ayah, dalam masa lansia, mulai terlihat kurangnya daya ingat , lupa ketika telah melakukan suatu hal, nenek bilang belum mengerjakannya. Ketika akan memanggil nama cucunya (misal saya) kadang yang beliau sebut bukan nama saya, entah nama adik saya ataupun nama cucunya yang lain. Ketika beliau merasa ada yang tidak sesuai dengan hatinya, beliau langsung marah-marah, ketika diminta tenang sedikit dengan suara yang agak keras, beliau langsung merasa sedih, hingga kamipun merasa kewalahan dengan sikapnya.
Alhamdulillah, anak-anak nenek masih peduli dan sering menjenguk nenek, mereka juga mengajak cucu-cucu nenek untuk melihat keadaan nenek. Hal yang seperti itulah yang akhirnya membuat nenek tidak merasa sedih lagi. Kami berusaha agar beliau tidak “rewel” lagi dengan sesuatu. Kadang memang mengesalkan, namun kamipun tidak tega untuk memarahinya. Bagaimanapun beliau adalah orang yang dulu kita butuhkan dan sekarang mereka yang membutuhkan kita.
           



[1] Suryo,”Latih Otak Singkirkan Dimensia” diakses pada 1 Mei 2010 dari   http://kesehatan.kompas.com/read/2009/02/19/22050114/latih.otak.singkirkan.demensia.
[2] Ibnu abbas, S Keep selakuy Wakil Kepala Pelayanan Medis, Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti.@http://alzheimerindonesia.org/index.php?option=com_content&view=article&id=60:penanganan-demensia&catid=37:exotic-destinations&Itemid=79 diakses pada 1 Juni 2010

[3] Kenneth Fox, W. Ladson Hinton and Sue Levkoff,”Culture,Medicine and Psychiatry” 23: 501-529, 1999.© 1999 Kluwer Academic Publishers. Printed in Netherlands.